Minggu, 16 Agustus 2009

Gerindra Mau Besar Atau Jadi Gurem

Partai Gerindra bersama-sama dengan Hanura merupakan partai politik baru peserta pemilu legislatif 2009. Partai ini berhasil lolos dari syarat ‘parliamentary threshold’, dipilih oleh 4.646.406 konstituen, atau setara dengan 4,46% suara sah nasional. Partai Gerindra yang dibentuk pada 6 Februari 2008, pada awalnya tidak mencantumkan nama Prabowo Subianto. Sejak keluar dari Partai Golkar pada 12 Juli 2008 Prabowo baru bergabung di Gerindra, dan ia kemudian diangkat menjadi Ketua Dewan Pembina. Selain itu Prabowo Subianto juga menjabat sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani dan Nelayan Indonesia (HKTI), dan Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia dan Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia. Ketua Umum partai dijabat oleh Suhardi, sebagai Sekjen Ahmad Muzani. Para wakil ketua adalah Muchdi PR, Fadli Zon dan Halida Hatta.

Walau partai ini tergolong baru, daya tariknya dinilai luarbiasa, kekuatan Prabowo sebagai tokoh sentralnya yang di dukung Hasyim sang adik menjadikan Gerindra sebagai parpol nasionalis modern. Semua dikemas dengan apik, uang digelontorkan dengan penuh keberanian, iklan media massa tiap hari disiramkan ke publik. Rupanya tim suksesnya sangat faham dengan teori ’silent revolution’. Iklan jauh lebih besar pengaruhnya terhadap konstituen dibandingkan dengan jejaring partai. Maka bergulirlah terus Gerindra dengan kata pembukaan iklannya “Saya Prabowo Subianto…”

Dalam perjalanan karir politik, mantan Pangkostrad ini dinyatakan bersalah oleh Dewan Kehormatan TNI, kemudian dicopot dari jabatannya. Prabowo selanjutnya mengundurkan diri lebih awal. Selanjutnya Prabowo menenangkan diri, berbisnis dan menetap di Yordania. Setelah beberapa tahun bertapa di Yordania, kemudian dia kembali ke Jakarta. Penulis masih teringat pada suatu hari tahun 2000, di Singapura penulis mengikuti pertemuan antara Kabais TNI saat itu dijabat Marsekal Madya Ian Santoso Perdanakusuma dengan Prabowo di sebuah hotel. Hadir juga dalam pertemuan tersebut Letjen TNI (Purn) Luhut Panjaitan, saat itu Dubes RI di Singapura. Prabowo menyampaikan ke Kabais tentang keinginannya kembali ke Indonesia. Kabais hanya menegaskan silahkan kembali dengan baik-baik. Penulis masih ingat, Prabowo mengatakan bahwa niatnya kembali untuk mengabdikan dirinya serta kembali berbakti kepada bangsa dan negara melalui jalur politik. Sejak itulah Prabowo aktif dipentas politik di tanah air. Aspirasi politiknya disalurkannya melalui Partai Golkar, sebagai salah satu anggota Dewan Pembina.

Pada awalnya penulis tidak yakin Prabowo akan demikian serius berkiprah didunia politik, karena ada beberapa hambatan dan stigma negatif yang masih melekat pada dirinya. Diperkirakan ini akan menjadi ganjalan bagi karir politiknya. Prabowo, penulis perkirakan akan berhadapan dengan aktivis HAM, Kontras serta beberapa elemen yang merasa pernah tercederai olehnya dimasa lalu. Ternyata dia mampu membangun sebuah citra dan hubungan positif, bahkan beberapa dari mereka yang dahulu menjadi lawannya, akhirnya bergabung dengannya dalam wadah Gerindra. Prabowo dengan modal nama besar ayahnya almarhum Pak Sumitro Djojohadikusumo, sang begawan ekonomi, kemudian mengkonsolidasikan beberapa ekonom yang membuat penilaian Indonesia dari perspektif ekonomi yang lebih realistis. Itulah klaim yang di jual ke masyarakat.

Dalam menilai Indonesia, Prabowo dan Hasyim mendirikan Institut Garuda Nusantara. IGN adalah pusat pemikiran dan studi kebijakan strategis yang independen dan bersifat sosial. Melakukan kajian dan analisis pada bidang ekonomi, kebijakan publik, pembangunan daerah, dan studi internasional, terutama yang berhubungan dengan kedaulatan dan kemakmuran Indonesia. IGN kemudian memberikan solusi konkrit yang dapat dilaksanakan terhadap permasalahan-permasalahan dan isu-isu strategis yang dihadapi Indonesia.

Apa pemikiran Prabowo? Dikatakannya bahwa apabila kita terus berada pada strategi pembagunan seperti sekarang, maka pada 2045, saat 100 tahun merdeka, Indonesia masih tergolong sebagai negara papan bawah atau negara miskin. Prabowo mewujudkan pemikirannya dalam buku merah putih, dengan judul “Membangun kembali Indonesia Raya”, yang disebutnya haluan baru menuju kemakmuran. Yaitu sistem dan paradigma ekonomi baru untuk mengubah paradoks-paradoks, dalam rangka mencapai Indonesia yang maju berdaulat, adil dan makmur. Menurut Prabowo, tugas anak bangsa ini adalah membangun suatu bangsa yang rakyatnya hidup sejahtera, harmonis di antara semua suku bangsa dan agama, memanfaatkan karunia Tuhan dengan arif dan handal, hidup damai dengan alam yang diberikan Tuhan. Tidak justru merusak alam sehingga menimbulkan bencana bagi kita semua. Itulah Indonesia Raya katanya.

Setelah melalui perjuangan sekitar setahun, Partai Gerindra sebagai partai baru mampu menjadi peserta pemilu. Walaupun perolehan suaranya tidak memenuhi seperti apa yang diharapkan, Gerindra telah mampu mensejajarkan diri dengan beberapa parpol di papan tengah. Partai ini masuk dalam delapan besar dari sembilan parpol yang lolos sergapan parliamentary threshold. Nama besar Prabowo sebagai cawapres Megawati mempunyai andil, hingga duet ini menempati posisi kedua dibawah pasangan SBY-Boediono, mengungguli pasangan JK-Wiranto. Sejak awal, pasangan ini di pandang memiliki kharisma tersendiri dalam pertarungan pipres, banyak pihak yang menyayangkan posisinya sebagai cawapres, ini yang nampaknya telah mengurangi dukungan terhadapnya.

Bagaimana kedepan? Kembali kepada budaya politik di Indonesia, yaitu budaya paternalistik, keberadaan Prabowo sebagai tokoh sentral masih sangat dibutuhkan oleh Partai Gerindra. Semua kelebihan dari Pak SBY, ‘patron’ Partai Demokrat ada pada Prabowo. Jadi kini semua tergantung kepada Prabowo, apakah dia akan maju kembali pada 2014? Kalau dia masih berkeinginan maju, maka peluang nampaknya masih dimiliki Partai Gerindra dan dirinya. Bahkan kemungkinan beberapa parpol gurem akan melebur ke Gerindra. Tetapi apabila Prabowo menyatakan akan istirahat dan mundur, maka Partai Gerindra justru yang harus siap-siap menggabungkan diri di persatuan parpol gurem itu.

Penulis masih percaya kalau Prabowo masih akan maju, sesuai dengan tekadnya dimasa lalu. Dalam buku merah putih Prabowo menuliskan, “Ada semacam kontrak dalam hati saya bahwa saya siap mati untuk negara asalkan negara saya makmur, jaya, berkembang menjadi negara yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo, sebagaimana selalu didengung-dengungkan dan diajarkan oleh kakek dan ayahanda saya.” Yah, kita lihat saja nanti, kemana Prabowo dan Gerindra itu akan bermuara.


Tags: , ,

Share on Facebook

Tidak ada komentar: