Senin, 19 Oktober 2009

Menggagas Kabinet Ideal 2009-2014

Menegakkan demokrasi sebagai sistem pemerintahan yang dipilih Indonesia dalam kancah dunia pemerintahan memang tidak mudah. Indonesia telah 64  tahun merdeka, telah berganti enam presiden. Akan tetapi, sejatinya Indonesia belum mampu berdiri dengan tegak. Salah satu penyebab dari turun-naiknya dunia pemerintahan Indonesia adalah Indonesia belum mampu untuk membentuk sebuah kabinet yang ideal. Ketika kita berbicara kabinet, maka yang ada dalam benak kita adalah formatur atau formasi orang-orang yang akan mengisi jabatan tertentu dalam periode pemerintahan tertentu dengan agenda-agenda kerja tertentu untuk menyejahterahkan rakyatnya. Nampaknya, Indonesia harus banyak lagi belajar dari pengalaman masa lalu. Belajar dari sejarah dan tidak mengulanginya lagi.

Sebuah kabinet dikatakan ideal jika:

Pertama,
dalam suatu pemerintahan itu ada sistem yang saling mengontrol satu sama lain sehingga akan mengurangi dampak  dari penyimpangan kewenangan/kekuasaan para pejabat. Saling mengontrol akan terwujud ketika komposisi yang proporsional ada dalam suatu kabinet. Antara yang pro dan oposisi menjalankan tugasnya degan baik. oposisi berfungsi sebagai pengontrol suatu pemerintahan. Oposisi tidak harus berbeda atau sekedar mencari suatu perbedaan. Demikian halnya dengan yang pro tidak harus selalu sama dan saling mendukung suatu pemerintahan, apalagi jika pemerintahan itu tidak beres. Maka diperlukaan political control yang menjalankan fungsinya dengan baik itulah yang akan membuat suatu kabenet ideal.

Kedua,
Kabinet dikatakan ideal jika yang duduk dalam kabinet itu adalah orang-orang yang bersih. Wakil rakyat yang benar-benar  wakil rakyat, bukan wakil pribadi, bukan wakil keluarga, ataupun wakil dari golongan tertentu.  Akan tetapi, wakil rakyat yang akan membela kepentingan rakyat. Untuk masalah ini Indonesia masih harus menata ulang pemerintahan. Karena diakui atau tidak, banyak dari wakil rakyat yang membela tapi masih dalam taraf keluarga. Keinginan “balik modal” dan banyaknya “proyek”  mungkin demikian yang sering menyebabkan wakil rakyat lupa bahwa mereka adalah  public server. Sehingga seringkali terjadi penyalahgunaan wewenang, dampak selanjutnya adalah praktik korupsi dimana-mana. Oleh karena itu, ketika suatu kabinet telah diisi oleh orang-orang yang bersih maka kabinet itupun akan bersih pula.

Ketiga, Kabinet dikatakan ideal jika jabatan dalam itu diisi oleh orang-orang professional. Ketika para pejabat itu professional maka akan menghasilkan pemerintahan yang professional. Setiap kebijakan yang diambil atas pertimbangan kesejahteraan rakyat dan disepakati bersama dan dijalankan dengan professional. Dan tidak menonjolkan kepentingan karena pejabat itu berjalan sesuai dengan rel keprofesionalan.

Keempat,
Kabinet dikatakan ideal ketika kabinet itu telah mengusung sebuah agenda-agenda kerja progresif yang riil dijalankan sejak mulai roda pemerintahan hingga pemerintahan berakhir. Agenda progresif ini pada akhirnya akan menjadi acuan titik langkah memajukan dan menyejahterakan rakyat.

Indonesia telah lama menanti suatu kabinet yang ideal. Sosok pemimpin ideal mungkin juga sedang dicari Indonesia. Akan tetapi, untuk mewujudkan suatu pemerintahan yang menyejahterakan rakyat tentu hal yang sangat tidak mungkin ketika tidak didukung kabinet yang bersih, professional dan saling mengontrol dan diimbangi dengan agenda kerja yang progresif.

Apa jadinya ketika telah ada pemimpin ideal untuk mempimpin bangsa, akan tetapi orang-orang yang duduk dalam kabinet orang-orang yang tidak ideal sebagai wakil rakyat. Maka dari itu perlu adanya perombakan formasi dalam perpolitikan Indonesia.   Perlu adanya sebuah pendidikan dalam menggagas kabinet ideal. Orang bijak mengatakan bahwa berikan pendidikan terhadap penguasa dengan perlawanan dan berikan pendidikan pada rakyat dengan pergerakan. Kabinet ideal juga bukan sekedar impian ketika rakyat telah “melek politik”. Rakyat yang telah tersentuh dan paham akan pendidikan politik, akan menjalankan  fungsi kontrol bagi suatu kabinet yang sedang memimpin.  sehingga yang terjadi kemudian adalah kabinet ideal dengan diimbanngi oleh kontrol masyarkat yang telah tercerdaskan. Semoga.

Tidak ada komentar: